May 12, 2009

Kelahiran si kembar



Alhamdulillah, Aku melahirkan selamat melalui ceasar pada tanggal 21 juli 2006. Anakku kembar, kedua-duanya perempuan. Mereka sehat walaupun berat badan mereka tidak normal, si kakak 2.5 dan si adik 2.3.

Tetapi Dokter tidak menyarankan dimasuk Incubator yang biasanya tempat peninggalan sementara bagi bayi yang kurang berat badan.

Diawal-awal kelahiran mereka, memang sungguh susah menjaga mereka. Selain suka menangis malam, bayi kembar suka ikut-ikutan. Kalau si Kakak menangis, maka adik pun terbangun dari tidurnya dan ikut menangis.

Namun pun begitu, suamiku yang penyabar tak pernah kesal dan mengeluh, walaupun pada saat aku masih dirawat diKlinik bersalin dia jarang tidur malam. Semua ini dilakukannya demi si Buah hati, Ula dan Thania...

Setelah suami habis cuti dan aku sudah berada dirumah. Aku menjaga mereka sendirian, kecuali jika adikku 'Nadia' datang dari kampung bisa lah dia tolong-tolong aku. Ibu mertuaku, berada dirumah sekitar sepuluh hari. Ketika itu, aku tinggal bersama seorang kakak ipar ' Kak Mila' , kakak suamiku. Kak Mila sering membantuku menjaga Anak-anak, meringankan bebanku.

Aku meninggalkan kuliah satu semester ketika melahirkan si kembar. Sampai mereka empat bulan, aku kembali ke Negeri jiran untuk menyelesaikan kuliah yang tertunda...

Alhamdulillah, segala penantian hampir berakhir! Ini semester terakhirku, tinggal 5 minggu lagi. Mudah-mudahan aku bisa menyelesaikannya dengan baik seperti yang mereka harapkan.

Aku tak sabar ingin cepat-cepat kembali ke rumah kami, Istana sedarhana kami yang baru dibangun. Tempat kami berkumpul mencurahkan segala kasih sayang dan cinta, dan tempat kami beramal didunia menuju dunia abadi...
Terima kasih sebanyak-banyaknya Ula&Thania ucapkan kepada :
Nenek & Kakek
Bu' Adek & Om Surya
Mi wa La
Om Ata
Wak Ita&Yah jal
Dan lain-lain yang banyak meringankan beban Umma & Baba dengan menjaga kami.

Tips meminimalkan kenakalan Anak1

Disini saya akan memberikan sedikit tips-tips agar kita dapat menghindari kenakalan anak-anak berterusan, sebagai seorang ibu yang terus belajar dan ingin memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Membiasakan menggunakan kata-kata “jangan”, “ga boleh”, “nakal”, “bandel” dan kata-kata negatif lainnya adalah mempengaruhi perkembangan mereka secara pisikologinya. Jadi tak heran, kalau anak-anak yang kita larang dengan kata-kata jangan, justeru semakin dibuat. Contohnya, ketika anak kita suka melompat kita katakan: “Iya, lompat trus biar patah kakinya” . kata tersebut lebih baik dari pada: “Jangan lompat, nanti jatuh”.

Kemudian, Jika kita membiasakan menggunakan kata-kata nakal, bandel dsb maka jika mereka besar, mereka akan berpikir “Nakalkah aku? Apa aku tidak pernah berbuat baik? Apa aku tidak pernah membahagiakan orang tua aku?”.

Nah, mulai sekarang mari kita cari solusi lain agar anak-anak kita tumbuh menjadi anak yang sehat jasmani, rohani, pisikologi dan mental. Agar mereka tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan bangga mempunyai orang tua seperti kita yang selalu memuji dan memberikan penghargaan atas apa yang mereka lakukan walau sejelek dan sekecil apapun.

Contohnya, jika mreka menyuruh kita melukis bunga, maka sebaiknya kita menyuruh mereka buat sendiri. Ketika gambar mereka siap, maka pujilah bahwa bunga yang mereka buat cantik walaupun sebenarnya seperti benang kusut. Hal ini bukan untuk berbohong, tapi ingin menumbuhkan sifat percaya diri pada diri mereka. Seperti anak saya si kembar Ula dan Thania yang berumur dua tahun sembilan bulan selalu menyuruh saya, Baba mereka dan orang-orang dewasa yang datang ke rumah kami seperti kakak ipar dan Adik saya menggambar bunga, rumah dan lain-lain untuk mereka.

Kadang-kadang ketika saya sibuk mengemas rumah, mereka pun sibuk menyuruh gambar ini itu, hingga akhirnya saya katakan : “ Coba kakak gambar bunga, Umma mau liat”. Kemudian dia pun sigap menggambil pensil warna dan mencoret-coret. “ Ini bungannya, Umma”. Ujarnya. “ Nah, kan cantik bunga yang kakak buat”. Saya memuji hasil karyanya. Dia senang dan senyam-senyum sendiri setelah dipuji.

Dibawah ini ada beberapa tips yang bisa dicoba jika kenakalan dan sikap jelek anak datang lagi :



  1. Apabila si Sulung menyepak si Bungsu atau sebaliknya, kita bisa katakan : “ Ha, ha sepak terus biar dipotong kakinya dengan Allah. Mau dipotong kakinya yah?”. Atau : “ Nanti dimarah Allah kalo nyepak-nyepak.”. Tetapi bukan : “ Aduh, koq nakal sekali , ga bisa dibilang yah? “


  2. Kalau anak-anak bertengkar : “ Iya, berantam terus, nanti dicampakkan ke dalam api neraka. Mau dibakar dengan api nereka? “. Saya yakin, kalau kata-kata ini diucapkan 3 x maka mereka akan mengerti ngerinya Api neraka/dibakar api dan mereka mulai tau mana yang baik dan buruk, dan juga nilai-nilai agama islam.


  3. kalau anak tak patuh dan tidak mendengar perkataan orang tua : “ Melawan sama Mama yah/ ga dengar Mama bilang yah? Nanti Mama ga kawan sama Adik. Mama ga mau buatin susu Adik.”


  4. Kalau mereka cenggeng dan suka nangis : “ nangis terus, biar Pergi aja Mama yah? Nanti adek tinggal dirumah aja sendirian. Mama mau Pergi sama Papa dan kakak”.


  5. kalau suka ngamuk dan ngambek : “ Iya, ngamuk terus…biar datang kambing ompong gigitin adek yah? Mau digigit kambing?”. Pasti mereka ga ngamuk lg.


  6. kalau mereka ga sabaran : “ sabar…sabar…jadi org yg sabar! Kalo sabar nanti disayang semua orang. Kalo ga sabar, ga da yang mau kawan sama kakak, jadi kakak tinggal sendiri aja”.


    To be continued…

Rindu Itu...

Ketika anak-anak lain bermanja denga ibu mereka
Anak-anakku hanya bermanja dengan baba mereka
Ketika anak-anak lain bermain dengan ibu mereka
Anak-anakku hanya bermain dengan baba mereka


Mereka bertanya kenapa umma tiada?
Mereka mencari dimana umma berada?
Mereka berpikir kenapa umma tidak bernyanyi lagi
Ketika jelang tidur?


Mereka akan selalu mengimpikan umma yang dulu
Mereka hanya bisa berharap umma berada disini
Disisi mereka dan takkan pergi lagi


Bermain bersama-sama
Bermaja bersama umma kami
Disini dirumah kita…

Sendalku, Menyebalkan...


Sekitar jam 11 pagi aku sudah sampai diJusco Wangsa Maju. Sebenarnya niat jalan ke Jusco Cuma iseng, dan juga ingin beli sedikit buah tangan untuk dibawa ke rumah Abangku, Bang Iman yang berdomisili diBangi. Rencanaku langsung ke Bangi dari Wangsa Maju dan transit di KL sentral. Kemudian dari KL Sentral menaiki KTM atau singkatnya Kereta Api Tanah Melayu.

Ketika aku melintasi area parkir sepeda Motor tepatnya didepan Jusco, langkahku terhenti…”Oh, walah…” sendalku putus. Aduh gimana nih? Malah ada beberapa meter lagi butik-butik jual sandal seperti Vincci dan Nose. Masak aku ga bersendal? Apa kata orang? Ni sendal kenapa sih ga pengertian, tunggu aku beli sendal baru kek baru putus. Aku terus menggerutu dalam hati.

Aku kesal karena BROS jilbab tidak terbawa, aku menggenakan jilbab ala indonesia yang tingla masuk tanpa harus memakai BROS. Beberapa detik kemudian aku baru teringat bahwa ditas ada satu BROS yang kubawa dari rumah (Banda Aceh). Segera kuambil BROS tersebut dan mencoba untuk menjepitnya ditali sendal dan menyambung ke sendal bagian atas. Beberapa kali kucoba, akhirnya tak berhasil. Jarum BROS tak bisa ditancapkkan ke bagian atas sendal. Dan terakhir aku ucapkan Basmallah. Alhamdulillah, jarum bisa tertancap.

Aku terus berjalan dengan sebelah sendal yang talinya disambung dengan BROS. Jalanku agak sedikit menyeret dan pincang, takut-takut kali si BROS bisa terlepas. Kemudian aku memasuki pintu depan Jusco, yaitu pintu yang paling dekat.

Didekat pintu ada susunan sepatu-sepatu dan sendal dengan tulisan “Sale”. Hemm, tak payah jauh-jauh aku melihat ke vincci. Kalau ada yang murah dan bagus beli terus lah disini. Kakiku sudah terasa sakit memakai sendal yang menyebalkan ini. Aku melihat-lihat beberapa sendal yang kuinginkan. Dibenakku hanya ingin membeli sendal yang enak dikenakan dengan menggunakan stokin, bukan sendal jepit.
Beberapa detik melihat sendal-sendal tersebut tenyata tak ada yang cocok, aku terus berlalu ingin ke butik Vincci atau Nose dengan kaki pincang. “ Hemm, koq mal-mahal yah?” Malah banyak yang model ramping-ramping lagi, mana cocok sama kakiku yang lebar kayak pisang goreng. Aku berlalu menuju Nose yang tak jauh dari situ.

Ketika aku keluar dari butik Vincci, aku menyadari seorang satpam yang berdiri didepan berhampiran butik Vincci memerhatikanku. Perhatian yang tak bisa kutafsirkan. Entah dia pikir aku ni kerey sehingga Cuma liat-liat doank? Entah aneh melihat jalanku yang terseret-seret dan sedikit pincang?

Ketika sampai dibutik Nose aku memerhatii beberapa sandal. Hem, kenapa mahal-mahal yah? Malah modelnya ikut-ikutan Vincci lagi. Huh! Aku berhasrat ingin kembali lagi ke tempat pertama, tempat yang memajang sandal-sendal SALE. Tapi apa bros disendalku bisa bertahan? Mudah-mudahan bisa!

Aku terus berjalan dan tentunya melewati tempat satpam tersebut berdiri tegak bagaikan pengawal kesetian raja yang selalu berdiri tegak tak bergerak-gerik. Paling-paling hanya sedikit menjeling dan melirik-lirik. Dia melirikku lagi.

Akhirnya aku sampai ke tempat penjualan sandal pertama dengan selamat. Aku memilih sandal simple bertumit rendah yang rata, sehingga membuat jalan kaki lebih nyaman. “saya nak size tujuh, ambilkan yang baru!” Pintaku pada petugas menjual sandal tersebut. Aku langsung memakai sandal tersebut, dan meletakkan sandal putus dalam kotak tersebut. setelah membayar, aku menuju pasar raya yang menjual makanan dan buah-buahan dan pastinya melewati sang satpam itu.

Aku berhenti sebentar disamping satpam tersebut, dia melirik ke arahku dan plastic yang berisi kotak sandal baru tadi. Aku mengeluarkan sandal lama dari kotak itu dan membuangnya ditong sampah dekat satpam itu berdiri. Dia hanya melirik dengan anak matanya sampai aku berlalu meninggalkan tempat itu…..

Hanya Untaian Do'a SenjataKu


Aku selalu kerja keras sebelum dan ketika menjelang ujian atau final exam. Membaca berulang-ulang, menayakan yang tak paham kepada dosen dan kawan, mendatangi kawan yang mengerti mata kuliah yang aku tak paham dan mengajaknya berdiskusi, dan berdoa serta sholat hajat sebanyak-banyaknya. Nazar juga tak ketinggalan, aku pikir senjata yang paling ampuh untuk meluluskan dan mendapat nilai bagus adalah berdoa dan sholat hajat.

Hal ini telah terbukti ketika aku mengambil semester dua tahun lalu. Ketika itu, ada satu mata kuliah yaitu ARABIC FOR ISLAMIC STUDIES yang menurutku nihil bisa lulus. Selain mata kuliah ini susah, carrying marks dari midtest dan tugas juga tak seberapa banyak, istilah kawan-kawanku hanya cukup-cukup makan.

Ujian mata kuliah tersebut decentralized, artinya dibuat beberapa hari sebelum exam period datang. Segala usaha telah aku lakukan, untaian doa pun telah aku panjatkan. Suasana ujian berlangsung seperti biasa, hening! Aku kebingungan memahami soal, terlalu banyak yang diminta. Ujian ini hanya 40 marks atau nilai. Tapi seperti 60 marks, soalnya terlalu banyak. Sehingga menurutku waktu dua jam tidak lah cukup untuk meyelesaikannya. Aku menanyakan kepada dosen yang mengajar mata kuliah tersebut ketika tak paham soal.

Masa ujian pun habis, tapi aku berusaha untuk menjawab semuanya, walaupun mungkin ada yang kurang nyambung.

Sampai diasrama aku menangis, merasa tak mampu menjawab dengan baik, dan takut-takut kalau harus mengulang.

Pada sore hari itu juga aku menelpon sang dosen.

“ Assalamu’alaikum, ustadzah Nadwah?” Tanyaku untuk memastikan nomer sang dosen. “ Iya, saya. Ini siapa? “ Tanyanya.
“ Saya raudah, ustadzah. Ustadzah, I was not confident to answer the questions just now.” Kataku padanya.
“ Why? Did you study before?” Tanyanya lagi.
“ Yes, of course. I read for many times. Discussed with classmates, but still could not do it well ”. Kemudian aku sambung lagi beberapa kalimat.
“ Ustadzah, I am married and have two children. I so pity with my husband, if I will be fail on this subject. “
“ Yes..yes. I know that. But, I can’t do anything. I can pass you with your qualifications. You just pray and do sholat hajat. Who knows Allah will change my heart and makes it soften.” Ujarnya dengan lembut.
“ Okey, Syukran jazilan, ustadzah! Assalamu’alaikum…” Aku mengakhiri percakapan tersebut.

Malamnya aku melaksanakan sholat hajat dua raka’at seperti yang dia sarankan, itu adalah sholat hajatku yang pertama. Hari-hari berikutnya suasana ujian diwarnai dengan untaian-untaian doa dan sholat hajat, hanya dua keinginanku saat itu; aku, anak-anakku dan suamiku sehat dan semua mata kulaih lulus! Aku tak sanggup membayangkan kalau ada satu saja yang gagal, mau berapa lama lagi aku disini. Sudah capek berlama-lama dikampus ini, capek otakku! Huh!

Ketika libur semester hampir berakhir, aku melihat result atau nilai ujian via online. Alhamdulillah, akhirnya ikhtiar, doaku dan doa-doa orang-orang yang kusayangi dikabulkan! Aku sangat bersyukur….

Hari berikutnya…
Untaian do’a dan sholat hajat mewarnai hari-hariku.
Do’a agar anak-anak dan suami diberikan kesehatan, umur panjang, dijauhkan dari marabahaya, musibah, bencana dan dihindari dari hal-hal yang membahayakan…

sesengguhnya aku telah menyerahkan perasaan khawatirku pada Sang Pelindung dan Penyelamat ketika aku jauh dari mereka! Aku serahkan segalanya padanya melalui untaian do’a-do’aku.

Menambah Syukurku

Udara terasa panas ketika baru menjejakan kaki dibandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh. Banda Aceh memang terkenal panas luar biasa, walaupun menurutku dimana-mana Sekarang memang panas luar biasa. Ini akibatnya hutan-hutan ditebang secara liar dan asap kenderaan yang menyebabkan polusi, dan akhirnya ozon menipis sehingga panasnya mentari tak banyak tersaring oleh lapisan ozon yang sudah menipis.

Bus bandara menunggu kami untuk dinaiki, padahal jarak antara pesawat parkir dengan pintu masuk bandara tidaklah jauh, masih Sangat bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Tapi itulah Indonesiaku, Sangat hormat dan santun pada pendatang dan pelancong asing khususnya.

Setelah melewati meja-meja sederhana tempat petugas mengecap passport aku terhenti dibagian pengambilan bagasi yang masih sistem tradisional. Ini semua hanya sementara kerena Airport baru sedang dibangun. Beberapa orang yang telah Siap dicap passportnya sama sepertiku, menunggu bagasi.

Aku memerhatikan para-para petugas yang biasanya menawarkan jasa mencari bagasi-bagasi penumpang dan mengantarnya sampai dikenderaan mereka. Tidak seperti biasanya, kali ini mereka tak lagi menguasai trolley pengangkut barang. Mereka hanya memakainya ketika ada orang yang meminta mereka mencari bagasi. Kemudian pandanganku tertuju pada seorang bapak berdiri tepat didepan AC removeable, sehingga membuat kami terasa sedikit panas. “ Pandai betul bapak itu” Ujarku dalam hati. Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya aku menemukan bagasiku dan membawanya terus keluar dengan menggunakan trolley.

Sesampai didepan pintu suamiku sudah berada disana, aku menyalaminya dan dia menolong membawakan koper besar tersebut. Aku jalan melewati keramaian yang diantara mereka supir teksi dan penunggu penumpang lain. Langkahku pelan ketika melewati seorang bapak tua penjual koran dan tabloid. Koran-koran dan tabloid tersebut disusun tak beraturan dan berdebu yang hanya diletakkan dilantai yang telah digelarin kain. Aku tersentuh dan sedih. Mungkin tak ramai orang yang membeli jualannya. Dia sibuk merapikan Koran-korannya, yang sesekali diterpa oleh angin. Phenomena seperti inilah yang sangat menyentuh hatiku. Hidupku bukanlah sesenang seorang istri pejabat, tapi tak lah sesusah orang lain yang kulihat kurang beruntung dariku.

Setelah sampai dimobil pinjaman dari kantor, suamiku memasukan barang-barang bawaanku. Ketika itu mobil-mobil disebelah, depan dan belakang kami parkir tak beraturan, sehingga menghambat kami untuk keluar. Suamiku sendiri geram pada empunya mobil yang pergi entah kemana. Dia turun dan melihat-lihat, mana tahu mereka ada disitu dan segera menyuruh memindahkan mobil mereka itu.

Aku tak masuk ke mobil lagi, dan masih memerhati orang-orang yang lalu lalang, diantara seorang bapak tua. Bapak itu petugas mencari dan mengantar bagasi penumpang, aku kenal dari seragamnya. Dia membawa barang-barang itu menggunakan trolley kepayahan, kerena mobil-mobil yang parkir tak beraturan. Aku terenyuh melihatnya, kerja dibawah terik matahari panas bermandikan keringat yang membasahi tubuh dan baju. Pemandangan yang kulihat hari itu tak seberapa dibandingkan jutaan rakyat Indonesia yang hidup dibawah garis kemiskinanan berjirankan orang-orang kaya dan pejabat-pejabat yang hidup mewah.

Melihat kenyataan ini, membuat aku bertambah syukur atas apa yang diberikan Allah kepadaku. Terlebih lagi ketika kesusahan melandaiku bila aku hidup keseorangan dinegeri seberang. Bukan mau menyusahkan hidup yang senang, tapi aku hanya ingin tak membebankan suamiku.

Aku disini hidup tanpa mendapat beasiswa dan pinjaman dari mana pun. Hidup disini Sangat sukar kurasakan, terlebih lagi ketika ringgit tinggi melambung. Tinggallah aku yang berhemat ria, menĂº makananku telur, tempe, tahu. Itu-itu aja. Tapi Alhamdulillah, Rahmat dan karunia Allah tak putus-putusnya. pertolonganNya pun tak pernah habis.

Ketika aku merasa paling tak beruntung hidup jauh dari anak dan suami, aku memikirkan kehidupan orang lain yang lebih susah dari padaku. Aku masih bisa makan tiga kali sehari, tapi bagaimana dengan sodara-sodara ditanah air yang hanya makan sekali sehari? Bagaimana dengan orang lain yang bersusah-susah mencari nafkah dibawah panasnya rahang matahari yang hanya mencukupi kebutuhan sehari saja atau bahkan tak sehari pun? Oh Tuhan…jadikan Aku diantara hambaMu yang bersyukur!
Wanita tegar

Bundaku,
Selalu sabar hadapi cobaan
Yang diberikan sang pencipta manusia

Bundaku,
Selalu tegar hadapi pahitnya hidup
Dan tak kan pernah sesal

Bundaku,
Terkadang mengeluh kenapa
Sang Mikail tak kunjung datang
Bundaku,
Tak sangup menahan sakitnya sakit
Tak mampu menanggung deritanya sakit

Kucoba menyabarkanya
Kucoba membuatnya tabah
Kucoba membuatnya kuat
Kucoba membuatnya menerima segalanya
Karena Allah tak kan marah
Dengan Hamba yang takwa

Bundaku kembali kuat
Bundaku Kembali sabar
Menunggu detik-detik terakhir

Bunda pun bersyukur
Atas apa yang telah diberikan Rabb
Bunda jalani lagi kehidupan
Yang telah ditakdirkan
Bunda semangat lagi untuk lawan penyakit
Walau kulihat sayu dan sedih dimatanya

Bundaku,
Kini tlah pergi untuk selamanya

Kuyakin,
Usahanya untuk bertahan hidup
Tak kan sia-sia
Karena Allah sangat mencintai
Hamba-hamba yang sabar dan iktiar

Selamat jalan Bunda..
Walau aku tak kan lama disini
Doaku tak kan meninggali

Selamat jalan Bunda,
Walau aku akan jarang melihat pusaramu
Namun,
Doaku selalu sampai kepadamu…


Semoga Allah menerima Arwah Ibundaku
Dan ditempatkan tempat orang2 beriman dan bertakwa
Serta melimpahkan rohnya dengan rahmat dan kasih sayang
Al-fatihah….



Pengharapanku dan mereka

Ibu mana yang paling kuat
Pergi jauh dari buah hatinya
Ibu mana yang sangat tahan
Ketika tak menatap wajah putrid-putri kecilnya

Kalau bukan karena cita-cita ini
Dia pasti tak bertahan
Kalau bukan karena impian yang lama terpendam
Dia pasti rapuh

Ketika ini,
Dia sangat merindukan belahan jiwanya
Saat ini pun,
Dia sangat berharap dapat menatap
Wajah putrid-putri kecilnya
Ketika ini juga,
Dia sangat ingin berkumpul
Dengan jantung hatinya.

Dan saat ini,
Saat-saat ditinggalkan olehnya
Mereka sangat tabah
Dan saat ini,
Saat-saat menginginkan
Umma mereka pulang

Mereka sangat berharap itu…

Pengharapan tiada henti
Pengharapan yang tiada akhir
Sampai saat-saat itu
Benar-benar datang

My little Twins


Allah loves me, loves so much
He gives me children
Allah loves Me sincerely
My children are healthy

When there are many women
Can’t give children to their husbands
I thank to God, he gave me twins children
Ula and Thania…

Ula is the first child
She is very active and cute
Thania is the second child
She is very humorous and beautiful

Here,
I hope fully they are will be healthy
Here,
I fully hope they grow as good children

I love them so much
They are part of my blood
I love them sincerely
They are my soul mates




AN EXTRAORDINARY MAN

My husband is not ordinary man
He is extraordinary man
My husband is not ordinary husband
He is extraordinary husband

He is not like others
Take
cares of Our little twins
When I’m living thousands mils from Him
He is not like other man
Always patient waits me there

Is there any man like my husband?
Who are never run out of patient
To hear of children’s crying
When they are thirsty at mid night.

Is there any man like my husband?
Who always take cares of my children
Even though they get fevers at night

He never bored
To take bath of them
He never bored
To clean up his daughters

My husband is extraordinary man
He always waits me patiently
My husband is extraordinary man
He always supports me to finish my study
Here, in IIUM…