September 8, 2009

Cuai vs Jujur

Pada tanggal 8 september 2009, tepatnya 17 Ramadhan Saya dan suami pergi ke Bank Madiri Syariah kota Banda Aceh dengan hajat ingin menarik uang. Setelah selesai transaksi saya mengecek sisa tabungan dibuku rekening dekat suami saya duduk.

"Bang, koq ada masuk 100 lagi?" Saya menunjuk buku rekening pada suami dengan penuh keheranan atas total uang yang ada direkening, padahal setahu saya, kakak saya hanya transfer 100juta yang waktu itu saya memang menemaninya ketika dia pergi ke Bank.
"Mungkin kak ita udah transfer lagi ga? atau mungkin dia transfer dua kali". Si Abang juga sedikit heran.
"Ga mungkin lah, pas dia transfer tu ada odah. lagipun waktu itu BRI ga bisa ngasih transfer banyak".
"Ya udah, nanti coba tanya kak ita lagi". Kata suamiku.

Kami meninggalkan BSM masih dengan penuh keheranan dan penuh tanda tanya.

Pikiranku masih berkecamuk dengan uang 100 juta yang ada direkening tadi. Apa ada orang salah transfer? Atau ada kesalahan pada BRI (dimana kak ita transfer uang untukku)? Atau, jangan-jangan aku dapat undian?Huuuuuhhh!!!

Sesampai dirumah aku langsung menelpon kak Ita. Dia terkejut dengan berita aku tadi. Katanya dia akan cek lagi total uang direkening dia, mana tau dugaan aku benar bahwa uang tersebut ditransfer dua kali.

Setelah Aku menunggu beberapa jam dengan penuh penasaran dan tanda tanya, bukan karena kegirangan dapat rezeki nomplok tapi aku sangat terbeban dengan uang tak jelas itu. Aku hubungi kak Ita lagi. Dia jelaskan bahwa sisa uang direkeningnya sudah betul. Dia menyarankan agar aku re-check ke BSM, mungkin kesalahan pada BSM atau BRI. waktu itu dia sempat bercanda:
"Dah, Kalo ternyata dapat undian jangan lupa bagi-bagi, yah? Haha".
" Ha'a, tenang aja! Odah kasih tiket Umrah. Hahaha". Balasku

Pada jam istirahat, suami langsung menuju BSM lagi ingin minta penjelasan dari pihak BSM. Ketika nomor giliran suami tertera ternyata si teller urung untuk melanjutkan pekerjaannya dan memilih untuk istirahat.

"Kak, cuma bentar aja nih. Saya cuma mau tau siapa pengirim uang ini, dan via bank apa."
Si teller dengan gaya jutek, mungkin karena kecapekan meraih buku rekening tersebut untuk dicek.

"Ini kesalahan pihak BSM. Teller yang print buku ini me-record dua kali uang yang 100juta tersebut, maka jumlahnya jadi 200juta."
"Oh gitu yah? Kami juga heran, koq ada uang masuk lagi dengan jumlah yang sama dan pada hari yang sama".

Si Teller cepat-cepat memperbaiki kesalah pada rekening tersebut.

Ketika suami pulang dari kerja kami berdiskusi masalah uang tadi lagi.

"Oo, walah! dikirain dapat rezeki nomplok. Rupanya cobaan bulan puasa. Padahal udah berangan-angan tadi, yang pertama mau kasih bapak(Mertua) lima mayam untuk ongkos umrah, mau kasih kak Ita, Nadya, Mau disumbangi dan sisanya mau dibeli mobil, tapi nambah dikitlah. Hehehe". Suamiku ikut tertawa mendengar ocehanku.
"Syukurnya rekening itu gak kosong, kalo kosong betapa sedihnya diri ini ternyata uang itu uang kesasar." Suamiku tertawa lagi.

Ya, begitulah sekilas cerita kemarin. Ada lucunya karena aku sempat berangan-angan. Ada harunya karena kami masih diberikan sifat jujur. Bayangkan saja, kalau pihak Bank syariah mandiri Langsa(Dimana aku buka rekening) tak mengetahui kesalahan mereka perbuat pada siapa! Bisa-bisa si Karyawan dipotong gajinya sampai bertahun-tahun. Itu masih rezeki dia yang mungkin telah sholat hajat berkali-kali, atau sampai bernazar sekaligus.

Tapi dihati masih tersimpan rasa kesal pada karyawan BSM Banda Aceh kemarin, udah jutek, terus tak ada pun ucapan terima kasih dari mulutnya atas kejujuran kami. Hemm!!! Itulah budaya orang indonesia, hehehe..

Semoga menjadi ikhtibar!