May 12, 2009

Sendalku, Menyebalkan...


Sekitar jam 11 pagi aku sudah sampai diJusco Wangsa Maju. Sebenarnya niat jalan ke Jusco Cuma iseng, dan juga ingin beli sedikit buah tangan untuk dibawa ke rumah Abangku, Bang Iman yang berdomisili diBangi. Rencanaku langsung ke Bangi dari Wangsa Maju dan transit di KL sentral. Kemudian dari KL Sentral menaiki KTM atau singkatnya Kereta Api Tanah Melayu.

Ketika aku melintasi area parkir sepeda Motor tepatnya didepan Jusco, langkahku terhenti…”Oh, walah…” sendalku putus. Aduh gimana nih? Malah ada beberapa meter lagi butik-butik jual sandal seperti Vincci dan Nose. Masak aku ga bersendal? Apa kata orang? Ni sendal kenapa sih ga pengertian, tunggu aku beli sendal baru kek baru putus. Aku terus menggerutu dalam hati.

Aku kesal karena BROS jilbab tidak terbawa, aku menggenakan jilbab ala indonesia yang tingla masuk tanpa harus memakai BROS. Beberapa detik kemudian aku baru teringat bahwa ditas ada satu BROS yang kubawa dari rumah (Banda Aceh). Segera kuambil BROS tersebut dan mencoba untuk menjepitnya ditali sendal dan menyambung ke sendal bagian atas. Beberapa kali kucoba, akhirnya tak berhasil. Jarum BROS tak bisa ditancapkkan ke bagian atas sendal. Dan terakhir aku ucapkan Basmallah. Alhamdulillah, jarum bisa tertancap.

Aku terus berjalan dengan sebelah sendal yang talinya disambung dengan BROS. Jalanku agak sedikit menyeret dan pincang, takut-takut kali si BROS bisa terlepas. Kemudian aku memasuki pintu depan Jusco, yaitu pintu yang paling dekat.

Didekat pintu ada susunan sepatu-sepatu dan sendal dengan tulisan “Sale”. Hemm, tak payah jauh-jauh aku melihat ke vincci. Kalau ada yang murah dan bagus beli terus lah disini. Kakiku sudah terasa sakit memakai sendal yang menyebalkan ini. Aku melihat-lihat beberapa sendal yang kuinginkan. Dibenakku hanya ingin membeli sendal yang enak dikenakan dengan menggunakan stokin, bukan sendal jepit.
Beberapa detik melihat sendal-sendal tersebut tenyata tak ada yang cocok, aku terus berlalu ingin ke butik Vincci atau Nose dengan kaki pincang. “ Hemm, koq mal-mahal yah?” Malah banyak yang model ramping-ramping lagi, mana cocok sama kakiku yang lebar kayak pisang goreng. Aku berlalu menuju Nose yang tak jauh dari situ.

Ketika aku keluar dari butik Vincci, aku menyadari seorang satpam yang berdiri didepan berhampiran butik Vincci memerhatikanku. Perhatian yang tak bisa kutafsirkan. Entah dia pikir aku ni kerey sehingga Cuma liat-liat doank? Entah aneh melihat jalanku yang terseret-seret dan sedikit pincang?

Ketika sampai dibutik Nose aku memerhatii beberapa sandal. Hem, kenapa mahal-mahal yah? Malah modelnya ikut-ikutan Vincci lagi. Huh! Aku berhasrat ingin kembali lagi ke tempat pertama, tempat yang memajang sandal-sendal SALE. Tapi apa bros disendalku bisa bertahan? Mudah-mudahan bisa!

Aku terus berjalan dan tentunya melewati tempat satpam tersebut berdiri tegak bagaikan pengawal kesetian raja yang selalu berdiri tegak tak bergerak-gerik. Paling-paling hanya sedikit menjeling dan melirik-lirik. Dia melirikku lagi.

Akhirnya aku sampai ke tempat penjualan sandal pertama dengan selamat. Aku memilih sandal simple bertumit rendah yang rata, sehingga membuat jalan kaki lebih nyaman. “saya nak size tujuh, ambilkan yang baru!” Pintaku pada petugas menjual sandal tersebut. Aku langsung memakai sandal tersebut, dan meletakkan sandal putus dalam kotak tersebut. setelah membayar, aku menuju pasar raya yang menjual makanan dan buah-buahan dan pastinya melewati sang satpam itu.

Aku berhenti sebentar disamping satpam tersebut, dia melirik ke arahku dan plastic yang berisi kotak sandal baru tadi. Aku mengeluarkan sandal lama dari kotak itu dan membuangnya ditong sampah dekat satpam itu berdiri. Dia hanya melirik dengan anak matanya sampai aku berlalu meninggalkan tempat itu…..

No comments:

Post a Comment