June 9, 2009

TERUSLAH BELAJAR

Pusing-Pusing…
Suami kesal dan tak suka melihat sikap saya yang cepat emosi, cerewet, mengeluh bahkan negative thinking

Pusing-pusing...
Anak-Anak, tak mahu dekat dengan saya (Umma mereka) karena saya terkadang suka maksa agar mereka mahu dekat dengan saya setelah beberapa bulan saya tinggalkan…

Pusing-Pusing…
Bapak Dean terhormat Salahkan saya karena menyuruh saya mengambil satu mata kuliah pada semester satu sehingga membuat saya tertunda untuk menyelesaikan kuliah dengan cepat. Hal ini disebabkan saya tak hadir pada Briefing for final semester student dan tak pun fill up the form sebagaimana yang diperintahkan.
Dia tuding-tuding saya : “You against the rule!”, “Who did create the problems?”, “So, what is your business to see me?”

Haaaaaaaaaaaaaaaaaaa…………

Begitulah realita kehidupan, yang sering membuat kita pusing atau bahkan stress. Kita stress bukan karena external factor only, tetapi terkadang sikap dan sifat jelek kita lah membuat kita pusing menghadapi suasana kehidupan yang tidak kita sukai, sehingga membuat diri kita tertekan dan tak tahu solusinya.

Bagi saya, belajar dan membaca adalah solusinya yang efektif agar kita dapat merubah segalanya. Saya sendiri tak henti belajar dan membaca bagaimana caranya sikap dan sifat jelek kita dapat berubah menjadi baik sehingga disukai oleh orang-orang disekeliling kita.

Ketika Suami saya kesal terhadap sikap jelek saya yang cepat emosi, cerewet terhadapnya dan anak-anak, suka ceramah tak tentu pasal, mengeluh atau bahkan sampai tahap negative thinking terhadap saudara dan orang lain, kemudian saya belajar lagi dan membaca untuk menutupi segala kekurangan. Saya mencari buku tentang Psikologi keluarga dan bagaimana hubungan suami-istri akan terus harmonis. Saya pun berusaha lagi agar membuat suami bahagĂ­a hidup bersama saya. Dan hal ini terbukti, ketika pulang kampung liburan semester lalu, suami banyak memuji saya. Katanya saya rajin, tak cerewet, tak perintah-perintah pun, tak mengeluh, tak negative thinking sehingga perubahan positif ini membuatnya bahagia. Dan rumah tangga kami pun kembali harmonis.

Kemudian, saya juga belajar lagi agar kehadiran saya diterima anak-anak sepenuh hati. Yah, begitulah akibatnya kalau Ibu dan anak selalu berpisah dan hanya pulang sekala-sekali, jadinya anak-anak saya kurang dekat sama saya sehingga membuat saya kesal, apalagi ketika salah satu mereka sakit. Seperti Kata Ula : “Mi Waaaa, Cakit kali sasar (cacar )kakak”. Atau : ” Mi wa, tidur sini sama kakak ”. Padahal saya ada disampingnya, tapi seperti tak dianggap. Kadang-kadang melihat sikap mereka begitu menyakitkan hati saya. Dan, akhirnya saya pun Belajar lagi. Belajar untuk menerima sementara, toh nantinya saya akan memenangkan hati mereka. Saya belajar lagi bagaimana menjadi Ibu yang baik, Ibu yang disayangi oleh anak-anaknya, Ibu yang menjadikan dirinya seperti teman kepada anaknya, Ibu yang mengerti diri anaknya, Ibu yang menjadikan anak-anaknya yang bertakwa, berbakti pada orang tua dan agama. Semua ini tak luput dari usaha belajar dan membaca.

Satu hal lagi yang membuat saya Sangat-sangat pusing bahkan putus asa ketika bapak Dean terhormat tak mendengar keluhan-keluhan saya apabila menyelesaikan kuliah pada semester satu yaitu semester depan yang hanya diharuskan mengambil satu mata kuliah. Memang saya akui, hal ini dilatarbelakangi kesalahan saya yang cuai, ceroboh dan terlalu menganggap kecil hal-hal yang penting. Waktu itu saya tak hadir pada briefing untuk Pelajar-pelajar yang mempunyai satu semester lagi. Tapi yang lebih hebatnya, saya pun tak menanyakan hal-hal yang penting pada classmate yang menghadiri briefing yang diadakan awal semester kemarin.
Namun saat semester lalu hampir berakhir, saya baru menanyakanya padanya:

“Farha, how’s the briefing?” Tanya Saya.
“Which briefing do you mean?” Dia pun sudah lupa
“The briefing for final Sem or final year student. What was about? I didn’t attend it” Kata saya lagi.
“Oo, we must fill up the form and write down any subjects that will not offer for short semester which are taken as independent study. But, it is late. You are too late, raudah”. Katanya

“Mati Aku…Pasti jadi masalah” saya berguman dalam hati.

Saya pergi menjumpai Kak Ida (Staff Dept Ushuluddin), Bro Asri (Dean staff), dan terakhir Dean. Seraaaamm…..beliau marah-marah karena Saya yang salah. Tapi tak ada kah maaf untuk saya? Besar sangatkah salah saya, sehingga selesanya kuliah saya tertunda ke semester satu yang akan datang? Tak tahu kah dia, anak-anak saya masih kecil? Tak mengerti kah betapa susahnya hidup saya disini? AArrghhh! Selanjutnya Saya menangis didalam toilet yang waktu itu kebetulan kosong.

Akan tetapi, usaha saya tak terhenti. Aku belajar lagi memperbaiki kesalahan yang lalu. Saya terus memperjuangkan agar saya dapat menyelesaikan kuliah pada semester tiga (sem Ini). Dan setelah melalui fase-fase yang panjang serta melelahkan bahkan hampir putus asa, saya bisa mengambil dua mata kuliah pada semester ini. Terakhir, nama dan diri saya jadi familiar bak selebriti dikalangan Staff IRK, department comparative religion&Usuluddin, terkenal karena kecerobohan, Hehehe. Dan sekarang, saya menjadi orang yang sangat memperhatikan hal-hal yang dulunya tak saya anggap penting. Saya tak ingin kecewa lagi, sehingga membuat diri saya sengsara.

Berangkat dari semua itu, maka fase-fase pembelajaran tak akan berhenti. Walaupun Ijazah Doctor mungkin telah kita dapatkan, Namun masih ada saja yang kurang dan harus diperbaiki. Maka, jangan sungkan-sungkan untuk terus belajar baik formal maupun non-formal. Belajar - Membaca - Amalkan –Berdoa adalah kunci untuk membuat diri kita sukses dan disenangi.


SEMOGA BERMANFAAT!

No comments:

Post a Comment